Khutbah Pertama
Alhamdulillah, dengan rahmat dan karunia-Nya, kita kembali dipertemukan dengan hari Jumat yang penuh berkah, di pertengahan bulan Dzulqa’dah yang mulia. Waktu terus bergulir, membawa kita semakin dekat kepada akhir perjalanan, namun juga senantiasa membuka pintu-pintu kesempatan untuk meraih ridha dan ampunan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Saat ini, kita berada dalam salah satu dari empat bulan haram (suci) yang Allah sebutkan dalam Al-Qur’an, bulan yang memiliki keistimewaan dan kemuliaan tersendiri.
Bulan Dzulqa’dah adalah bulan kesebelas dalam kalender Hijriyah. Namanya, "Dzulqa’dah," berasal dari kata qa’ada yang berarti "duduk" atau "tidak bepergian." Dinamakan demikian karena pada bulan ini, masyarakat Arab Jahiliyah biasanya duduk dan menahan diri dari peperangan, menghormati kesuciannya sebagai persiapan menuju ibadah haji di bulan Dzulhijjah. Islam datang dan mengukuhkan kesucian bulan ini.
Keutamaan Bulan Dzulqa’dah sebagai Bulan Haram
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menetapkan dua belas bulan dalam setahun, dan di antaranya ada empat bulan yang disucikan, yang disebut dengan Asyhurul Hurum. Dzulqa’dah adalah salah satunya. Allah Ta'ala berfirman:
Artinya: "Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa." (QS. At-Taubah: 36)
Dari hadits ini jelaslah bahwa Dzulqa’dah adalah yang pertama dari tiga bulan haram yang berurutan. Kemuliaan bulan-bulan haram ini terletak pada beberapa aspek:
- Larangan Berperang Kecuali Terpaksa: Pada bulan-bulan ini, peperangan diharamkan kecuali jika kaum muslimin diserang terlebih dahulu. Ini menunjukkan betapa Islam menjunjung tinggi perdamaian dan menghindarkan pertumpahan darah.
- Pahala Amal Shalih Dilipatgandakan: Para ulama, seperti Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, menjelaskan bahwa amal shalih yang dilakukan pada bulan-bulan haram pahalanya lebih besar dibandingkan bulan-bulan lainnya.
- Bulan Persiapan Haji: Dzulqa’dah secara khusus menjadi bulan persiapan bagi jamaah haji. Di bulan inilah para calon haji dari berbagai penjuru dunia mulai mempersiapkan diri dan melakukan perjalanan menuju Baitullah.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Berada di pertengahan bulan Dzulqa’dah ini, hendaknya menjadi momentum bagi kita untuk merenung dan mengevaluasi diri. Separuh bulan yang mulia ini telah berlalu. Apa sajakah amal kebaikan yang telah kita ukir? Sejauh mana kita telah menjaga diri dari perbuatan dosa dan maksiat, terutama di bulan yang Allah tekankan larangan untuk berbuat zalim di dalamnya?
Waktu yang tersisa masih memberikan kita kesempatan emas. Jangan biarkan hari-hari di bulan Dzulqa’dah ini berlalu sia-sia tanpa diisi dengan amal ibadah dan ketaatan kepada Allah. Beberapa amalan yang sangat dianjurkan untuk kita tingkatkan di bulan ini antara lain:
-
Memperbanyak Istighfar dan Taubat: Kesucian bulan ini adalah waktu yang tepat untuk membersihkan diri dari dosa-dosa. Perbanyaklah memohon ampun kepada Allah, menyesali perbuatan maksiat, dan bertekad untuk tidak mengulanginya lagi. Allah Ta'ala berfirman:
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ. (النور: 31) Artinya: "Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung." (QS. An-Nur: 31)
-
Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Ibadah Wajib dan Sunnah:
- Jagalah shalat fardhu tepat waktu dan berjamaah di masjid bagi laki-laki.
- Perbanyak shalat-shalat sunnah seperti Dhuha, Tahajjud, Rawatib.
- Perbanyak puasa sunnah, seperti puasa Senin-Kamis, atau puasa Dawud jika mampu. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sering berpuasa di bulan-bulan haram.
- Perbanyak membaca Al-Qur’an dengan tadabbur, memahami maknanya, dan berusaha mengamalkannya.
- Perbanyak dzikir, tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir, serta shalawat kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
-
Melaksanakan Ibadah Umrah (bagi yang mampu): Bulan Dzulqa’dah memiliki keistimewaan tersendiri terkait ibadah umrah. Seluruh umrah yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, selain umrah yang bersamaan dengan haji beliau, terjadi pada bulan Dzulqa’dah. Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اعْتَمَرَ أَرْبَعَ عُمَرٍ، كُلُّهُنَّ فِي ذِي الْقَعْدَةِ، إِلَّا الَّتِي كَانَتْ مَعَ حَجَّتِهِ: عُمْرَةً مِنَ الْحُدَيْبِيَةِ فِي ذِي الْقَعْدَةِ، وَعُمْرَةً مِنَ الْعَامِ الْمُقْبِلِ فِي ذِي الْقَعْدَةِ، وَعُمْرَةً مِنَ الْجِعْرَانَةِ حَيْثُ قَسَمَ غَنَائِمَ حُنَيْنٍ فِي ذِي الْقَعْدَةِ، وَعُمْرَةً مَعَ حَجَّتِهِ.(رواه البخاري ومسلم) Artinya: "Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan umrah sebanyak empat kali, semuanya pada bulan Dzulqa’dah, kecuali umrah yang bersamaan dengan haji beliau: (yaitu) umrah dari Hudaibiyah pada bulan Dzulqa’dah, umrah pada tahun berikutnya (qadha’) pada bulan Dzulqa’dah, umrah dari Ji’ranah ketika beliau membagi rampasan perang Hunain pada bulan Dzulqa’dah, dan umrah bersama haji beliau." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menunjukkan bahwa bulan Dzulqa’dah adalah waktu yang dipilih oleh Rasulullah untuk melaksanakan umrah. Bagi kita yang diberikan kemampuan, melaksanakan umrah di bulan ini adalah sebuah upaya meneladani sunnah beliau.
-
Memperbanyak Sedekah dan Amal Sosial: Berbagi rezeki dengan mereka yang membutuhkan, membantu anak yatim, fakir miskin, serta berpartisipasi dalam kegiatan sosial yang bermanfaat adalah amalan yang sangat dianjurkan, terlebih di bulan mulia ini.
-
Menjaga Lisan dan Perbuatan dari Hal yang Tercela: Sebagaimana dosa dilipatgandakan, maka menjaga diri dari ghibah (menggunjing), namimah (adu domba), berkata dusta, mencaci maki, dan perbuatan zalim lainnya menjadi sangat penting. Kendalikan lisan dan perbuatan agar tidak melukai orang lain atau merusak kehormatan sesama muslim.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Kita yang berada di pertengahan bulan Dzulqa’dah ini ibarat seorang musafir yang telah menempuh separuh perjalanan menuju sebuah destinasi penting. Masih ada separuh perjalanan lagi yang harus ditempuh. Jangan sampai semangat kita kendor, atau kita terlena dengan kesibukan duniawi sehingga melupakan bekal akhirat.
Marilah kita manfaatkan sisa hari-hari di bulan Dzulqa’dah ini dengan sebaik-baiknya. Jadikan setiap detik, menit, dan jam sebagai ladang untuk menanam kebaikan. Ingatlah bahwa setiap amal, sekecil apapun, akan dicatat dan mendapatkan balasan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Semoga Allah memberikan kita taufiq dan hidayah-Nya untuk dapat mengisi sisa bulan Dzulqa’dah ini dengan amal-amal shalih yang diterima di sisi-Nya, dan semoga kita semua dijauhkan dari perbuatan zalim terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain.
Khutbah Kedua
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Pada khutbah pertama tadi, telah kita simak bersama mengenai kemuliaan bulan Dzulqa’dah sebagai salah satu bulan haram, serta pentingnya memanfaatkan waktu, khususnya di pertengahan bulan ini, untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sebagai hamba Allah yang senantiasa mengharapkan ridha dan surga-Nya, marilah kita kuatkan tekad untuk tidak menyia-nyiakan sisa waktu di bulan yang penuh berkah ini. Ingatlah selalu bahwa kesempatan untuk beramal shalih adalah nikmat besar yang bisa jadi tidak akan terulang kembali. Kematian bisa datang kapan saja, tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.
Oleh karena itu, jadikanlah momentum pertengahan Dzulqa’dah ini sebagai titik tolak untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Perbaiki hubungan kita dengan Allah (hablum minallah) melalui ibadah-ibadah yang khusyuk dan ikhlas. Perbaiki pula hubungan kita dengan sesama manusia (hablum minannas) dengan akhlak yang mulia, saling menolong dalam kebaikan, dan menjauhi segala bentuk permusuhan serta kedengkian.
Hendaknya kita juga mendoakan saudara-saudara kita kaum muslimin di seluruh dunia, terutama mereka yang sedang mengalami kesulitan, penindasan, atau bencana. Semoga Allah segera mengangkat kesulitan mereka, memberikan pertolongan, dan mengembalikan kedamaian di negeri-negeri mereka.
Terakhir, marilah kita akhiri khutbah ini dengan memanjatkan doa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semoga Allah menerima segala amal ibadah kita, mengampuni dosa-dosa kita, dan memasukkan kita ke dalam golongan hamba-hamba-Nya yang bertakwa dan meraih kemenangan.
عِبَادَ اللَّهِ، إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ.
No comments:
Post a Comment